Kamis, 26 Mei 2011

Lima Menit Lagi

Pada suatu hari, tampak seorang ayah sedang berdiri di taman, menemani anaknya yang sedang gembira bermain ayunan. Agaknya waktu serasa cepat berlalu, sambil sesekali melirik pada jam di tangannya, si ayah tahu, saatnya bermain telah selesai, karena masih ada pekerjaan yang menunggu untuk segera diselesaikan.

"Sebentar Ayah, lima menit lagi yaaaah, pliiiisss," suara kecil itu terdengar memelas. Ayahnya dengan spontan menjawab, "Oke, lima menit lagi!" Si kecil berlari ke ayunannya dan kembali bermain dengan gembira sedangkan si ayah mengamati dari kejauhan dengan senyuman senang.

Lima menit berlalu dengan cepat, saat si ayah mengingatkan kepada puteranya. "Pliiiissss, lima menit lagi, Yah. Lima menit terakhiiir deh. Janji, setelah ini udahan. Oke, Yah?" suara memohon disertai tatapan mata yang penuh harap membuat si ayah tidak tega dan kembali mengabulkan permintaan si kecil.

Seorang ibu yang sedari tadi mengamati kejadian itu di sebelahnya berkomentar, "Wah... Bapak hebat sekali, sabar dengan anak-anaknya ya, Pak." Dengan tersenyum si ayah berkata, "Iya Bu, belajar sabar. Saya pernah kehilangan anak saya yang sulung karena terjatuh saat naik sepeda. Sampai sekarang, masih terasa kekecewaan dan penyesalan di dalam hati ini. Saat mereka ada, saya terlalu sibuk dan tidak berusaha lebih keras menyisihkan waktu untuk keluarga hingga kemudian harus kehilangan salah satunya. Saat sibuk dengan pekerjaan, saya berpikir, toh yang saya lakukan untuk membahagiakan mereka, untuk memenuhi kebutuhan mereka juga. Dan saya salah. Uang yang saya kumpulkan seberapa banyak pun, ternyata tidak pernah bisa membeli kebahagiaan itu," ujarnya dengan nada duka.

"Sejak saat itu saya berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dan saat si kecil merengek minta 'lima menit', sesungguhnya, bukan dia yang meminta waktu kepada saya, tetapi dia justru sedang memberi tambahan waktu kepada saya untuk menikmati kegembiraan bersamanya," papar si ayah sambil melontarkan pandangan sayang kepada putranya yang sedang asyik bermain.

***
 
By: Andrie Wongso

Read More......

Tukang Gembok dan Muridnya

Alkisah, seorang ahli kunci yang sangat termasyhur bermaksud mewariskan satu ilmu tertinggi dalam dunia perkuncian. Ahli kunci ini memiliki dua orang murid yang sama-sama pandai. Setelah beberapa tahun dididik, kedua orang murid itu sudah mahir dan menguasai semua teknik membuka segala jenis gembok. Hanya saja, ilmu tertinggi itu harus diwariskan hanya kepada satu orang yang benar-benar memenuhi kriteria. Oleh karena itu, untuk menentukan pewaris ilmunya, si ahli kunci tadi kemudian menggelar sebuah ujian yang diadakan pada waktu bersamaan.

Maka disiapkanlah dua buah peti yang tergembok rapat dan di dalamnya diisi dengan satu bungkusan berisi barang berharga. Kedua peti yang tergembok rapat itu lalu ditempatkan di dalam dua kamar yang bersebelahan. Berikutnya, murid pertama dan murid kedua disuruh masuk ke dalam kamar-kamar tadi secara bersamaan. "Tugas kalian adalah membuka gembok peti-peti di dalam kamar itu. Ayo, laksanakan...!" perintah si ahli kunci.

Tidak lama kemudian, murid pertama keluar dari kamar lebih dulu dan tampak berhasil menyelesasikan tugasnya. Sang ahli kunci langsung bertanya, "Bagus... tampaknya kau berhasil mengerjakan tugasmu. Apa isi peti itu?"

Murid pertama menjawab dengan percaya diri dan perasaan penuh kemenangan, "Di dalam peti itu terdapat sebuah bungkusan. Dan di dalam bungkusan itu ada sebuah permata yang berkilauan.. Indah sekali! Andaikan saya bisa memiliki permata itu..."

Mendengar jawaban itu yang penuh dengan rasa percaya diri itu, si ahli kunci tersenyum bijak. Ia segera menoleh ke arah murid kedua yang baru saja keluar dari kamar. Ia langsung menanyakan hal yang sama, "Bagus... tampaknya kau juga berhasil mengerjakan tugasmu. Apa isi peti itu?"

Mengetahui dirinya kalah cepat dalam membuka peti, murid kedua hanya menjawab dengan pelan. "Saya hanya membuka gembok peti itu, lalu keluar. Saya tidak membuka petinya, apalagi melihat isinya."

Mendengar jawaban itu, sang ahli kunci tersenyum puas. "Baiklah. Berdasarkan hasil ujian tadi, maka kau murid kedua... kaulah pemenangnya. Engkaulah yang akan mewarisi ilmu tertinggi dalam dunia perkuncian yang aku miliki," demikian si ahli kunci memutuskan.

Keputusan ahli kunci itu kontan membuat murid pertama kaget setengah mati. "Guru...!" teriak murid pertama yang kecewa.

"Bukankah saya yang berhasil membuka gembok lebih cepat? Mengapa bukan saya yang dipilih sebagai pewaris ilmu itu?" tanya si murid pertama dengan gusar.

Mendengar kegusaran murid pertamanya itu, si ahli kunci kembali tersenyum bijak. "Murid-muridku, dengar! Profesi kita adalah tukang kunci dan membuka gembok adalah tugas kita. Kita harus membantu orang membuka gembok yang kuncinya hilang atau rusak. Jika gembok sudah dibuka, tugas kita selesai. Kalau kita juga ingin melihat isinya, itu berarti melanggar kode etik profesi kita sebagai ahli kunci."

Selanjutnya, si ahli kunci meneruskan nasihatnya. "Tidak perduli apa pun pekerjaan kita, moral dan etika profesional harus dijunjung tinggi. Tanpa moraldan etika, maka seorang ahli kunci bisa dengan mudah beralih profesi menjadi seorang pencuri. Kalian mengerti?"

Mendengar hal itu, murid pertama mengangguk-anggukkan kepala. Dia menyadari di mana letak kesalahannya. Dia juga bersyukur telah mendapat satu lagi pelajaran moral yang sangat berharga sebelum terjun ke tengah-tengah masyarakat. Walaupun kecewa karena dirinya tidak bisa menjadi pewaris ilmu tertinggi yang dimiliki gurunya, murid pertama merasa tetap mendapatkan sebuah ilmu yang berharga sekali. Itulah ilmu mengenai moral dan etika profesional. Sejak saat itu, murid pertama berjanji pada diri sendiri, kelak dalam menjalankan profesinya, ia akan menjadi seorang ahli kunci professional yang menjunjung tinggi moralitas dan etika profesinya.

***
 
By: Andrie Wongso

Read More......

Langkah dalam Kehidupan

Alkisah, suatu hari seorang professor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer. Setiba di bandara, sang profesor dijemput oleh seorang prajurit muda yang ditugaskan untuk melayani kebutuhannya selama kunjungannya di sana.

Setelah berjumpa dan saling memperkenalkan diri, mereka pun menuju ke tempat pengambilan kopor. Sepanjang perjalanan, si prajurit sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya secara spontan. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka. Kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat atraksi yang digelar di hari-hari tertentu di bandara tersebut. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali ia kembali ke sisi sang profesor tampak raut puas dan senyum lebar menghiasi bibirnya.

"Anak muda, bapak sungguh terkesan dengan kebaikan hatimu. Darimana kamu belajar melakukan hal-hal seperti itu?" tanya sang profesor penasaran menyaksikan ulah lincah si prajurit.

"Melakukan apa, Prof?" tanya si prajurit.

"Begitu sibuk memperhatikan dan menolong orang lain. Darimana Anda belajar untuk hidup seperti itu?"

"Oohh, selama masa perang saya kira," jawab si prajurit sambil tiba-tiba mengerutkan kening, seakan mengingat banyak kejadian buruk di masa perang.

Kemudian dia bertutur tetang kisah perjalanan tugasnya selama di medan perang. Saat itu dia ditugaskan untuk ikut serta membersihkan ladang ranjau. Di situ, dia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya tanpa dia bisa berbuat sesuatu apa pun. Sungguh luka hati dan duka yang tidak bisa diterimanya selama ini.

"Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah," katanya dengan nada tercekat. "Saya tidak pernah tahu, apakah langkah berikutnya merupakan pijakan yang terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan ketika mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah perjudian antara hidup dan mati, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini. Saya ingin bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi siapa saja selama saya masih diberi waktu oleh kehidupan ini. Karena saya rasakan begitu banyak hal-hal yang masih ingin saya lakukan dan begitu sedikit yang telah saya kerjakan.Sedangkan berkaca dari pengalaman, seakan begitu sedikit waktu dan kesempatan yang tersedia dan masih tersisa..."

***
 
By: Andrie Wongso

Read More......

Pemburu dan Peternak Domba

Alkisah, pada zaman dahulu di sebuah desa, hiduplah keluarga pemburu dan peternak yang bertetangga. Untuk membantu saat berburu, si pemburu memiliki anjing-anjing peliharaan yang galak namun kurang terlatih. Celakanya, saat di rumah, anjing-anjing itu sering melompati pagar dan melukai domba-domba si peternak.

Walaupun sudah diperingatkan untuk menjaga anjing-anjingnya, si pemburu tidak mau peduli. Hingga suatu hari, kembali salah satu domba diserang dan terluka cukup parah.

Habislah kesabaran si peternak! Setelah berpikir lama, ia memutuskan pergi ke kota untuk menemui seorang hakim yang bijaksana. Setelah sang hakim mendengarkan cerita si peternak itu, dia berkata bijak, "Peternak yang baik, saya sebagai hakim, terhadap aduanmu, bisa saja menghukum si pemburu untuk mengganti kerugianmu dan memerintahkan dia untuk merantai atau mengurung anjing-anjingnya. Tetapi, bila itu saya lakukan, kamu akan kehilangan seorang teman. Mana yang lebih kamu inginkan, teman atau musuh yang jadi tetanggamu?"

"Pak Hakim, jujur saja, walapun saya merasa dirugikan secara materi, tetapi saya tidak ingin punya musuh, apalagi tetangga yang telah menjadi kawan saya sedari kecil," kata si peternak dengan suara murung.

"Jawaban yang baik dan bijak! Jika kamu ingin domba-dombamu aman tetapi tetanggamumenjadi teman yang baik, saya berikan sebuah saran...silakan kamu jalankan." Setelah mendengar saran sang hakim, si peternak langsung setuju.

Sesampainya di rumah, peternak itu segera menuju ke kandang dan memilih sepasang anak domba yang sehat, kemudian menghadiahkannya kepada anak-anak tetangganya. Keluarga si pemburu menerima hadiah itu dengan penuh sukacita. Tak lama, anak-anak pun asyik bermain dengan domba-domba kecil yang lucu dan keesokan harinya mulai berkunjung ke rumah si peternak untuk belajar merawat domba-domba tersebut.

Melihat kebahagiaan anak-anaknya, tanpa diminta, si pemburu dengan sukarela mengurung anjing-anjingnya agar tidak mengganggu domba-domba kecil kesayangan anak-anaknya. Dan sejak saat itu pula, domba-domba si peternak pun menjadi aman. Untuk membalas kebaikan si peternak, si pemburu selalu membagi hasil buruannya ke si peternak. Si peternak membalasnya dengan mengirimkan susu dan keju dari hasil dari peternakannya.

Akhirnya...singkat cerita, si pemburu dan si peternak pun kembali bertetangga dengan bahagia.

***

By: Andrie Wongso

Read More......

Fokus dan Nikmati Pekerjaanmu

Alkisah, ada seorang pianis yang sangat piawai memainkan tuts pianonya. Dia telah memenangi banyak kejuaraan dan telah menjalani pertunjukan di berbagai tempat. Tidak peduli penonton yang menyaksikan pertunjukkannya banyak atau sedikit, ataupun dia berhasil memenangkan pertadingan atau tidak, saat bermain piano, wajahnya tampak selalu berseri-seri, enjoy, seakan di sanalah letak segala kebahagiaannya.

Pada suatu hari, saat reuni dengan teman-teman lamanya, seorang sahabat bertanya kepadanya, "Kami perhatikan, saat bermain piano, kamu terlihat begitu senang dan bahagia. Sepertinya tidak ada kesusahan sama sekali!"

"Lho, hidup memang seharusnya dihadapi dengan senang kan?" jawabnya si pianis sambil tersenyum. Lalu ia melanjutkan, "Yah, kalian tahu kan bagaimana masa remajaku dulu. Begitu banyak hobi dan aktivitas yang aku geluti. Mulai dari menggambar, bermain musik, juga berbagai cabang olah raga. Ambisiku satu, yaitu ingin selalu menjadi juara di setiap lomba. Aku rajin berlatih dan berusaha, tetapi karena begitu banyak kegiatan, akhirnya tidak mampu berprestasi secara maksimal dan gagal. Kegagalan-kegagalan itu membuatku kecewa, marah, sedih, dan frustasi pada diri sendiri. Aku pun mulai malas-malasan dan kehilangan motivasi sehingga pelajaran di sekolah pun ikut jatuh."

"Sekarang kamu bisa menjadi seorang pianis hebat yang tampak selalu happy. Bagaimana ceritanya?" tanya temannya penasaran.

"Melihat raporku yang jelek dan kelakuanku yang menyebalkan, ayahku tidak marah dan berusaha menyadarkan aku. Suatu hari, saat kami sedang bersantai, ayah melakukan sedikit eksperimen. Beliau mengambil segenggam jagung dan sebuah corong kecil. Telapak tanganku diletakkan di bawah corong. 'Kamu tangkap jagung ini ya,' kata ayah.Lalu dilepaslah sebiji jagung, yang segera meluncur cepat dan tertangkap di telapak tanganku. Kemudian satu biji lagi, dan tertangkap lagi dengan sempurna.

'Nah, sekarang siap-siap ya!' seru ayah sambil melepas segenggam jagung ke corong. Apa hasilnya? Tidak ada satu biji jagung pun yang jatuh ke tanganku karena lobang corong kecil dan biji jagung tersumbat di situ.

Begini penjelasan ayahku: 'Seperti itulah kehidupan ini; setiap hal atau pekerjaan harus dikerjakan satu persatu, fokus, dan penuh konsentrasi. Maka setiap pekerjaan akan bisa diselesaikan dengan baik dan maksimal, sehingga kamu puas dan merasa bahagia.'"

***
 
By: Andrie Wongso

Read More......

Akibat Berpikiran Sempit

Alkisah, pada suatu kala hiduplah seorang pemuda yang hidup bersama kedua orang tuanya yang sudah tua. Kehidupan mereka boleh dibilang biasa-biasa saja, malah kadang-kadang serba kekurangan. Pemuda itu bekerja sebagai seorang buruh untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Usia kedua orang tuanya yang sudah tua membuat mereka tidak memungkinkan lagi untuk bekerja mencari nafkah.

Pada suatu hari ayah pemuda itu sakit keras. Sayangnya, pemuda itu tidak memiliki cukup uang untuk biaya pengobatan ayahnya. Akhirnya, sang ayah tersebut hanya bisa diberi pengobatan sekadarnya, padahal pertolongan dari dokter sangatlah penting. Dari hari ke hari penyakit ayahnya semakin memburuk dikarenakan tidak adanya pengobatan dari dokter. Sampai suatu hari mereka memperoleh keberuntungan yang tidak disangka-sangka. Mereka diberi uang yang cukup banyak oleh orang yang tak diketahui identitasnya. Orang tersebut menulis di kertas dan berpesan agar uang tersebut digunakan untuk biaya dokter dan pengobatan ayahnya.

Pemuda tersebut dan ibunya sungguh bahagia bukan main mendapat rezeki durian runtuh dari seseorang yang tidak diketahui. Setelah beberapa hari, ayah pemuda itu semakin membaik kesehatannya dan akhirnya sembuh dari sakitnya, berkat perawatan dari dokter.

Suatu hari pada saat berjalan pulang dengan membawa makanan yang dibelinya, tiba-tiba seseorang di depan menabraknya dengan cukup keras dan menyebabkan makanan yang dibeli terjatuh berserakan di jalanan. Ternyata orang yang menabraknya adalah tetangga sebelahnya yang cukup kaya. Pemuda itu memang dari dulu tidak begitu suka dengan tetangganya karena ia kaya dan menurutnya agak sombong. Langsung saja pemuda itu memaki orang tadi sehingga membuat orang-orang disekeliling menoleh melihat mereka. Walaupun tetangganya terus-menerus meminta maaf dan akan mengganti makanan yang terjatuh, ia terus saja berteriak marah-marah dengan wajah mengerikan. Meskipun begitu, tetangga itu tetap tenang dan tidak tersinggung. Pemuda itu menyalahkannya meskipun bukan sepenuhnya kesalahannya. Pemuda itu juga tidak melihat ke depan sehingga bertabrakan. Kejadian itu membuatnya semakin menyalakan api kebencian kepada tetangganya.

Setelah ia pulang ke rumah, ibunya bergegas memanggilnya dan berkata, “Anakku, tahukah kamu siapa sebenarnya orang yang sudah berbaik hati memberikan uang kepada kita untuk biaya pengobatan ayahmu?” Pemuda itu menggelengkan kepala sambil merasa penasaran siapa sebenarnya orang tak dikenal yang sangat dermawan itu. Kemudian ibunya dengan antusias berkata, “Orang itu adalah tetangga kita yang di sebelah, ia sendiri yang mengatakannya setelah menjenguk ayahmu tadi. Ia benar-benar baik, tutur katanya sopan dan rendah hati walaupun kaya. Kamu harus ke rumahnya untuk berterima kasih atas kebaikan hatinya.”

Mendengar kenyataan ini, pemuda itu merasa malu karena ia tadi baru saja memarahi tetangganya habis-habisan di jalan, padahal ia tak sengaja menabraknya. Ia merasa tak seharusnya ia seperti itu hanya karena persoalan kecil.


Pesan kepada pembaca:

Ada sebuah kutipan yang mengatakan bahwa kita harus melihat kesalahan orang lain seperti melihat melalui lensa cekung dan melihat kebaikan orang lain seperti melihat melalui lensa cembung. Artinya kita tidak perlu mengingat kesalahan orang lain. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengingat kebaikan-kebaikan yang dimiliki oleh seseorang, apalagi kebaikan yang telah dilakukannya untuk kita.

Mungkin Anda sekarang sedang benci, merasa iri atau dengki terhadap orang lain hanya dikarenakan Anda tidak menyukai mereka, atau mereka bersalah kepada Anda atau bahkan Anda terlalu fokus kepada keburukan orang lain sehingga Anda menutup mata terhadap kebaikan yang mereka miliki. Anda sepatutnya memaafkan kesalahan mereka, karena tidak ada orang yang dapat luput dari kesalahan. Lihat kebaikan yang mereka miliki, maka Anda akan terbebas dari perasaan benci, tidak suka, iri maupun dengki.

Begitu juga dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika Anda selalu berfokus pada kebaikan-kebaikan yang mereka miliki, maka Anda akan lebih bersikap hangat yang dapat menciptakan komunikasi yang harmonis. Dan orang lain pun akan merasa bahwa Anda adalah orang yang menyenangkan.

***

By: Suhardi

Read More......

Mencari Kebahagiaan

Alkisah pada suatu senja temaram, tampak seorang perempuan cantik berusia empat puluhan, berpakaian indah dan santun, turun dari mobil mewah yang ditumpangi. Dengan wajah yang tidak bahagia, dia mendatangi rumah bibinya yang berada di pinggir kota, jauh dari keramaian.

Setelah melepas kangen, sambil menarik napas panjang, perempuan itu berkata, "Bibi. Setelah anak-anak besar, saya merasa kesepian dan tidak bahagia. Saya merasakan kehidupan yang hampa dan tidak bermakna lagi."

Sambil tersenyum bijak, tanpa berkomentar sedikit pun si bibi memanggil seorang perempuan, yang bekerja sebagai pembantu harian di rumah itu.

"Mbak Anik. Ini keponakan ibu. Datang dari kota ingin mendengar kisah bahagia. Nah, tolong diceritakan, bagaimana caranya menemukan kebahagiaan?"



Anik duduk di kursi yang ada di dekat perempuan itu, lalu mulai bercerita dengan gaya bahasanya yang lugu dan sederhana. Suaranya jernih dan jelas.

"Begini, Non. Saya pernah punya suami dan anak. Tetapi, suami saya meninggal karena kanker. Celakanya, tiga bulan kemudian putra tunggal saya menyusul bapaknya, meninggal ditabrak truk. Saat itu, saya tidak punya siapa pun. Saya enggak bisa tidur, enggak enak makan, enggak bisa tersenyum apalagi tertawa. Tiap hari selalu ada waktu untuk menangisi nasib saya yang jelek ini. Saya bahkan berpikir mau bunuh diri saja.

Lalu suatu malam, waktu pulang kerja, seekor kucing mengikuti saya. Karena di luar dingin, saya membiarkan anak kucing itu masuk ke dalam rumah. Saya memberinya susu, yang langsung habis diminum. Anak kucing itu mengeong dan menggosok-gosokkan badannya ke kaki saya. Untuk pertama kalinya dalam bulan itu, saya bisa tersenyum.

Saya sendiri merasa keheranan, lalu berpikir, jika membantu seekor anak kucing saja bisa membuat saya tersenyum, mungkin melakukan sesuatu untuk orang lain bisa membuat saya bahagia. Jadi, hari berikutnya, saya membuat kue pisang dan memberikannya ke tetangga yang lagi sakit dan tak bisa bangun dari tempat tidurnya. Dia sangat senang menerima pemberian saya dan kami pun sempat ngobrol dengan bahagia.

Setiap hari, saya mencoba berbuat baik, paling sedikit satu kali sehari berbuat baik. Karena yang saya rasakan, saat melihat orang lain bahagia, saya juga merasa bahagia. Hari ini, rasanya tidak ada orang yang bisa makan lahap dantidur pulas seperti saya. Saya menemukan kebahagiaan ketika bisa membahagiakan orang lain."

Mendengar cerita Anik, sontak perempuan kaya itu menangis. Ia sadar, ia punya segala sesuatu yang bisa dibeli dengan uang, tapi dia kehilangan hal-hal yang tak bisa dibeli uang. Kekayaan yang dipunyai ternyata tidak mampu membuatnya bahagia.

***

By : Andrie Wongso

Read More......

Selasa, 24 Mei 2011

5 Fakta Tentang Sukses

1. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN USIA ANDA.
  • Nelson Mandela, jadi presiden usia 76 tahun.
  • Steve Jobbs, jutawan usia 21 tahun.
  • Kolonel Sanders (KFC), mulai bisnis umur 65 tahun.
  • Winston Churchill, banyak gagal dan hambatan, baru jadi PM Inggris usia 52 tahun.
  • Bill Gates, terkaya di dunia usia 41 tahun.
2. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN SUKU, AGAMA,BANGSA,WARNA KULIT DAN KETURUNAN.
  • Obama : Presiden Amerika Serikat saat ini.
  • Jenderal Colin Powell, Martin Luther King : kulit hitam.
  • Confusius: anak yatim di Cina.
  • Charles Dickens : penulis cerita kanak-kanak Inggris, menulis di gudang, banyak naskahnya dibuang ke tong sampah oleh editornya.
3. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN (CACAT) FISIK.
  • Hellen Keller: tuna netra, tuna rungu, penulis dan pendidik terkenal dunia.
  • Shakespeare: cacat kaki, penulis novel.
  • F.D. Roosevelt: terkena polio, presiden 32 AS.
  • Beethoven: tuna rungu, komposer musik.
  • Napoleon Bonaparte : sangat pendek, wajah tidak menarik, pemimpin pasukan penakluk Eropa.
  • Anthony Robbins: Lulusan SMA, kegemukan, merubah persepsi tentang penampilan dan cara diet, menjadi langsing, motivator terkenal dunia.
4. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN
  • Thomas Alfa Edison : pendidikan SD, 2000 paten.
  • Li Ka Shing: berhenti sekolah umur14 tahun, orang terkaya di Hongkong.
  • Henry Ford : tidak pernah duduk di bangku sekolah.
  • The Wright Brother : orang biasa dan tidak berpendidikan tinggi, menciptakan pesawat terbang pertama di dunia.
  • Bill Gates, orang terkaya didunia memulai bisnis setelah lulus SMA.
  • Lawrence Ellison : drop out universitas, pendiri Oracle Corp, orang terkaya kedua didunia.
5. KESUKSESAN TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN LATAR BELAKANG KELUARGA
  • Andrew Carnegie : bekerja usia 13 tahun, keluarga sangat miskin, menjadi Raja Besi Baja dunia.
  • Walt Disney : usia 20 tahun pemuda miskin dan tidak terkenal, usia 30 tahun jadi usahawan terkenal.
  • Abraham Lincoln lahir dari keluarga miskin.
  • Napolean Hill dilahirkan di keluarga miskin, ibunya meninggal saat dia kecil, jadi guru motivasi terkenal dunia, bukunya Think and Grow Rich : menjadi acuan pertama bagi para motivator dunia.
  • Bill Clinton : ayahnya meninggal ketika masih kecil, adiknya terlibat obat terlarang.

MENGAPA BANYAK ORANG GAGAL

1. Tidak ada tujuan / goal yang tepat, tidak tahu apa yang diinginkan dalam hidup
2. Tidak pernah mencatat tujuan : hanya di kepala, tidak dikertas atau Goal Visualization atau sarana apapun.
3. Tidak ingin bertanggung jawab atas tindakannya, selalu mencari alasan atau excuse atas kegagalannya.
4. Tidak ada tindakan yang efektif : Banyak rencana, tidak ada tindakan alias No Action Talk Only (NATO).
5. Membatasi diri : menganggap tak berhak sukses karena terlalu tua, tak punya modal, bawaan keluarga, tempat tak memungkinkan.
6. Malas : tidak mau kerja keras, selalu berusaha menggunakan cara paling mudah, cepat dan hemat waktu, tapi ingin mendapatkan uang paling banyak.
7. Berteman dengan teman-teman yang salah, hidup di lingkungan orang-orang yang gagal.
8. Tidak bisa mengatur waktu alias salah prioritas.
9. Salah memakai strategi atau cara bertindak, tidak mempunyai strategi yang paling baik. Berusaha keras, hasil nol.
10. Kurang pengembangan diri: jarang membaca, mendengar kaset, seminar, mengumpulkan informasi baru dan lain-lain.
11. Tidak ada kesungguhan atau komitmen untuk sukses: mudah putus asa atau menyerah pada waktu menghadapi rintangan.
12. Kurang menggunakan Kekuatan Pikiran Bawah Sadar.
13. Kurangnya hubungan antar manusia yang baik.
14. Sombong dan menganggap diri sendiri paling hebat dan berhenti belajar.

***
 
Sumber: Facebook / Setitik Embun Inspirasi

Read More......

Hukum Karma

Dua orang Perempuan masing2 sedang membuat Kue..

Perempuan pertama memiliki bahan2 yang memprihatinkan :
Terigu tua yang lumutan, sehingga gumpalan2 hijaunya harus ditampi terlebih dahulu..
Mentega yang diperkaya Kolesterol yang sudah agak masam..
Dia harus menyisihkan bongkahan2 cokelat dari gula pasirnya (karena seseorang telah menyendok dengan sendok basah bekas mengaduk kopi)
Satu2nya Buah yang dipunyainya adalah Kismis purba, sekeras Uranium..
& Dapurnya bergaya 'Pra Perang Dunia' entah Perang Dunia yang mana..

Perempuan Kedua memiliki bahan2 terbaik :
Tepung terigu murni hasil cocok tanam Organik, dijamin bukan hasil rekayasa genetik..
Dia punya mentega bebas kolesterol, gula pasir & Buah2 an segar, langsung dari Kebun sendiri..
& Dapurnya adalah Dapur Mutakhir, dengan segala peralatan Modern..

Perempuan mana yang membuat Kue yang lebih enak?


Acap kali, bukan orang yang memiliki bahan2 terbaiklah yang dapat membuat Kue terbaik..
Ada yang lebih dari sekedar bahan baku..
Kadang2 orang dengan bahan2 yang mengenaskan mengerahkan segenap daya, Perhatian & Cintanya untuk memanggang kuenya,
Sehingga menghasilkan Kue yang terlezat..
Apa yang kita lakukan dengan bahan2 lah yang membuat Kue jadi berbeda..

Saya punya beberapa teman yang memiliki bahan2 yang menyedihkan dalam hidupnya :
Mereka lahir dalam kemiskinan,
Korban kekerasan terhadap anak,
Tidak pintar di sekolah,
Mungkin cacat & tidak mahir berolahraga..
Namun segelintir Kualitas yang mereka miliki diracik dengan begitu Baik,
Sehingga menghasilkan KUE yang begitu mengagumkan..
Saya betul2 mengagumi mereka..
Kenalkah Anda dengan orang2 seperti ini?

Saya juga punya beberapa teman yang memiliki bahan-bahan terbaik untuk menjalani hidup mereka..
Keluarga mereka berkecukupan & penuh Kasih Sayang..
Mereka cerdas di sekolah,
Berbakat dalam Olahraga,
Berpenampilan menarik & terkenal,
Namun mereka menyia-nyiakan masa mudanya dengan obat-obatan terlarang atau alkohol..
Kenalkah Anda dengan orang2 seperti ini?

Setengah dari KARMA adalah bahan-bahan yang kita miliki..
Setengah sisanya,
Bagian yang paling menentukan adalah : Apa yang kita lakukan dengan bahan-bahan tersebut dalam hidup ini..

***

By: AJAHN BRAHM

Read More......

Kitalah Sang Penentu Atas Hidup Kita, Bukan Orang Lain

Dua orang ibu memasuki toko pakaian & membeli baju seragam anaknya. Ternyata pemilik tokonya lagi bad mood sehingga tidak melayani dengan baik, malah terkesan buruk, tidak sopan dengan muka cemberut.

Ibu pertama jelas jengkel menerima layanan yg buruk seperti itu. Yang mengherankan, ibu kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjualnya.

Ibu pertama bertanya, “Mengapa Ibu bersikap demikian sopan pada penjual menyebalkan itu?”

Lantas dijawab, “Mengapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas hidup kita, bukan orang lain.”

"Tapi ia melayani dengan buruk sekali," bantah Ibu pertama.

"Itu masalah dia. Kalau dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk dll, toh tidak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur & menentukan hidup kita, padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri kita," jelas Ibu kedua.

Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau orang melakukan hal buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Dan sebaliknya.

Kalau orang tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba jadinya sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang tersebut. Ini berarti tindakan kita dipengaruhi oleh tindakan orang lain.

Kalau direnungkan, sebenarnya betapa tidak arifnya tindakan kita. Mengapa untuk berbuat baik saja, harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu?

Jagalah suasana hati sendiri, jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak! Kitalah sang penentu yang sesungguhnya!

I'm an ACTOR, not reactor.

***
 
Sumber : Facebook / Setitik Embun Inspirasi

Read More......

Mengasihi Musuh

Kisah ini terjadi pada masa perang saudara di Amerika. Saat itu, presiden AS, Abraham Lincoln berada di sebuah resepsi. Dan di dalam resepsi itu, ia memberikan pidatonya mengenai pendapatnya tentang musuhnya dari pihak Selatan. Di dalam pidato itulah Abraham Lincoln berkata, "Mereka-mereka adalah orang yang sedang membuat kesalahan. Mereka bukanlah musuh yang harus dibasmi". Kalimat itu, membuat beberapa orang tidak senang. Bahkan, saat itu ada seorang ibu-ibu yang dengan keras menegurnya. "Anda harusnya malu. Mereka telah bermusuhan dengan kita. Seharusnya Anda berpikir bagaimana menghancurkan para musuh itu!". Lantas, dengan tenang Abraham Lincoln berkata, "Nyonya. Bukankah kita sudah menghancurkan musuh kita dengan menjadikannya sebagai sahabat kita?"

Pikiran kita seringkali dikotori dengan keinginan kita untuk melumatkan dan menghancurkan musuh kita. Atau umumnya, keinginan melihat musuh kita menderita hidupnya. Tetapi, dengan cara demikian, hidup dan energi kita menjadi negatif. Kita menjadi terbebani dan hidup kita menjadi lebih mundur. Daripada mencari musuh untuk diperangi, saatnya buat kita untuk belajar bekerjasama dengan orang lain, meskipun dengan orang yang tidak se-ide dengan kita sekalipun. Memang hal ini tidaklah mudah tetapi jauh lebih sulit hidup dalam ketakutan dan ancaman karena merasa ada musuh di mana-mana. Hari ini, pelajaran penting dari Abraham Lincoln buat kita adalah, "Kalau kita ingin hidup damai dan bahagia, berhentilah memandang orang lain sebagai musuh. Pandanglah mereka sebagai orang yang belum mengerti, masih membuat kesalahan dan berhentilah membenci mereka". Terlalu sayang, kehidupan kita yang pendek dihabiskan untuk membenci orang yang tidak kita sukai.

***

Sumber: Facebook / Setitik Embun Inspirasi

Read More......

6 Batu Ujian

Bagaimana kami tahu bahwa cinta kami cukup dalam untuk menghantar kami ke arah berdampingan seumur hidup, menuju kepada kesetiaan yang sempurna? Bagaimana kami dapat yakin bahwa cinta kami ini cukup matang untuk diikat sumpah nikah serta janji untuk berdampingan seumur hidup sampai maut memisahkan?

Pertama, Ujian untuk merasakan sesuatu bersama.

Cinta sejati ingin merasakan bersama, memberi, mengulurkan tangan. Cinta sejati memikirkan pihak yang lainnya, bukan memikirkan diri sendiri. Jika kalian membaca sesuatu, pernahkah kalian berpikir, aku ingin membagi ini bersama sahabatku? Jika kalian merencanakan sesuatu, adakah kalian hanya berpikir tentang apa yang ingin kalian lakukan, ataukah apa yang akan menyenangkan pihak lain? Sebagaimana Herman Oeser, seorang penulis Jerman pernah mengatakan, "Mereka yang ingin bahagia sendiri,janganlah kawin. Karena yang penting dalam perkawinan ialah mem buat pihak yang lain bahagia. - mereka yang ingin dimengerti pihak yang lain, jangan lah kawin. Karena yang penting di sini ialah mengerti pasangannya.

Maka batu ujian yang pertama ialah:

"Apakah kita bisa sama-sama merasakan sesuatu? Apakah aku ingin menjadi bahagia atau membuat pihak yang lain bahagia?"

Kedua, Ujian kekuatan.

Saya pernah menerima surat dari seorang yang jatuh cinta, tapi sedang risau hatinya. Dia pernah membaca entah di mana, bahwa berat badan seseorang akan berkurang kalau orang itu betul-betul jatuh cinta. Meskipun dia sendiri mencurahkan segala perasaan cintanya, dia tidak kehilangan berat badannya dan inilah yang merisaukan hatinya. Memang benar, bahwa pengalam an cinta itu juga bisa mempengaruhi keadaan jasmani. Tapi dalam jangka panjang cinta sejati tidak akan menghilangkan kekuatan kalian; bahkan sebaliknya akan memberikan kekuatan dan tenaga baru pada kalian. Cinta akan memenuhi kalian dengan kegembiraan serta membuat kalian kreaktif, dan ingin menghasilkan lebih banyak lagi.

Batu ujian kedua :

"Apakah cinta kita memberi kekuatan baru dan memenuhi kita dengan tenaga kreaktif, ataukah cinta kita justru menghilangkan kekuatan dan tenaga kita?"

Ketiga, Ujian penghargaan.

Cinta sejati berarti juga menjunjung tinggi pihak yang lain. Seorang gadis mungkin mengagumi seorang jejaka, ketika ia melihatnya bermain bola dan mencetak banyak gol. Tapi jika ia bertanya pada diri sendiri, "apakah aku mengingini dia sebagai ayah dari anak-anakku?", jawabnya sering sekali menjadi negatif. Seorang pemuda mungkin mengagumi seorang gadis, yang dilihatnya sedang berdansa. Tapi sewaktu ia berta nya pada diri sendiri, "apakah aku mengingini dia sebagai ibu dari anak-anakku?", gadis tadi mungkin akan berubah dalam pandangannya.

Pertanyaannya ialah:

"Apakah kita benar-benar sudah punya penghargaan yang tinggi satu kepada yang lainnya? Apa aku bangga atas pasanganku?"

Keempat, Ujian kebiasaan.

Pada suatu hari seorang gadis Eropa yang sudah bertunangan datang pada saya. Dia sangat risau, "Aku sangat mencintai tunanganku," katanya, "tapi aku tak tahan caranya dia makan apel." Gelak tawa penuh pengertian memenuhi ruangan. "Cinta menerima orang lain bersama dengan kebiasaannya. Jangan kawin berdasarkan paham cicilan, lalu mengira bahwa kebiasaan-kebiasaan itu akan berubah di kemudian hari. Kemungkinan besar itu takkan terjadi. Kalian harus menerima pasanganmu sebagaimana adanya beserta segala kebiasaan dan kekurangannya.

Pertanyaannya:

"Apakah kita hanya saling mencintai atau juga saling menyukai?"

Kelima, Ujian pertengkaran.

Bilamana sepasang muda mudi datang mengatakan ingin kawin, saya selalu menanya kan mereka, apakah mereka pernah sesekali benar-benar bertengkar - tidak hanya berupa perbedaan pendapat yang kecil, tetapi benar-benar bagaikan berperang. Seringkali mereka menjawab, "Ah, belum pernah, pak, kami saling mencintai." Saya katakan kepada mereka, "Bertengkarlah dahulu - barulah akan kukawinkan kalian." Persoalannya tentulah, bukan pertengkarannya, tapi kesanggupan untuk saling berda mai lagi. Kemampuan ini mesti dilatih dan diuji sebelum kawin. Bukan seks, tapi batu ujian pertengkaranlah yang merupakan pengalaman yang "dibutuhkan" sebelum kawin.

Pertanyaannya:
"Bisakah kita saling memaafkan dan saling mengalah?"

Keenam, Ujian waktu.

Sepasang muda mudi datang kepada saya untuk dikawinkan. "Sudah berapa lama kalian saling mencintai?" Tanya saya. "Sudah tiga, hampir empat minggu," jawab mereka. Ini terlalu singkat. Menurut saya minimum satu tahun bolehlah. Dua tahun lebih baik lagi. Ada baiknya untuk saling bertemu, bukan saja pada hari-hari libur atau hari minggu dengan berpakaian rapih, tapi juga pada saat bekerja di dalam hidup sehari-hari, waktu belum rapi, atau cukur, masih mengenakan kaos oblong, belum cuci muka, rambut masih awut-awutan, dalam suasana yang tegang atau berbahaya. Ada suatu peribahasa kuno, "Jangan kawin sebelum mengalami musim panas dan musim dingin bersama dengan pasanganmu." Sekiranya kalian ragu-ragu tentang perasaan cintamu, sang waktu akan memberi kepastian.

Tanyakan:

"Apakah cinta kita telah melewati musim panas dan musim dingin? Sudah cukup lamakah kita saling mengenal?"
Dan izinkan saya memberikan suatu kesimpulan yang gamblang. Seks bukan batu ujian bagi cinta.
"Jika sepasang muda mudi ingin punya hubungan seksual untuk mengetahui apakah mereka saling mencintai, perlu ditanyakan pada mereka, "Demikian kecilnya cinta kalian?" Jika kedua-duanya berpikir, "Nanti malam kita mesti melakukan seks - kalau tidak pasanganku akan mengira bahwa aku tidak mencintai dia atau bahwa dia tidak mencintai aku," maka rasa takut akan kemungkinan gagal sudah cukup menghalau keberhasilan percobaan itu. Seks bukan suatu batu ujian bagi cinta, sebab seks akan musnah saat diuji. Cobalah adakan observasi atas diri saudara sendiri pada waktu saudara pergi tidur. Saudara mengobservasi diri sendiri, kemudian tidak bisa tidur. Atau saudara tidur, kemudian tidak lagi bisa mengobservasi diri sendiri. Sama benar halnya dengan seks sebagai suatu batu ujian untuk cinta. Saudara menguji, sesudah itu tidak lagi mau mencintai. Atau saudara mencintai, kemudian tidak menguji. Untuk kepentingan cinta itu sendiri, cinta perlu mengekang menyatakan dirinya secara jasmaniah sampai bisa dimasukkan ke dalam dinamika segitiga perkawinan.

***
 
Sumber: Facebook / Setitik Embun Inspirasi

Read More......

Ketika Aku Menjadi Seperti Dia...

Seorang lelaki berdoa: "Oh Tuhan, saya tidak terima. Saya bekerja begitu keras di kantor, sementara istri saya enak-enakan di rumah. Saya ingin memberinya pelajaran, tolonglah ubahlah saya menjadi istri dan ia menjadi suami."

Tuhan merasa simpati dan mengabulkan doanya. Keesokan paginya, lelaki yang telah berubah wujud menjadi istri tersebut terbangun dan cepat-cepat ke dapur menyiapkan sarapan. Kemudian membangunkan kedua anaknya untuk bersiap-siap ke sekolah.

Kemudian ia mengumpulkan dan memasukkan baju-baju kotor ke dalam mesin cuci. Setelah suami dan anak pertamanya berangkat, ia mengantar anaknya yang kecil ke sekolah taman kanak-kanak. Pulang dari sekolah TK, ia mampir ke pasar untuk belanja. Sesampainya di rumah, setelah menolong anaknya ganti baju, ia menjemur pakaian dan kemudian memasak untuk makan siang.

Selesai memasak, ia mencuci piring-piring bekas makan pagi dan peralatan yang telah dipakai memasak. Begitu anaknya yang pertama pulang, ia makan siang bersama kedua anaknya. Tiba-tiba ia teringat ini hari terakhir membayar listrik dan telepon. Disuruhnya kedua anaknya untuk tidur siang dan cepat-cepat ia pergi ke bank terdekat untuk membayar tagihan tersebut.

Pulang dari bank ia menyetrika baju sambil nonton televisi. Sore harinya ia menyiram tanaman di halaman, kemudian memandikan anak-anak. Setelah itu membantu mereka belajar dan mengerjakan PR. Jam sembilan malam ia sangat kelelahan dan tidur terlelap.

Tentu masih banyak pekerjaan-pekerjaan kecil lainnya yang belum dikerjakan. Dua hari menjalani peran sebagai istri ia tak tahan lagi.

Sekali lagi ia berdoa, "Ya Tuhan, ampuni aku. Ternyata aku salah. Aku tak kuat lagi menjalani peran sebagai istri. Tolong kembalikan aku menjadi suami lagi."

Tuhan menjawab: "Bisa saja. Tapi kamu harus menunggu sembilan bulan, karena saat ini kamu sedang hamil."

***
 
Sumber: Facebook / Setitik Embun Inspirasi

Read More......

Kegigihan Seorang Ibu

Saya adalah ibu tiga orang anak (umur 14, 12, dan 3 tahun) dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi.

Sang Dosen sangat inspiratif dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya. Tugas terakhir yang diberikannya diberi nama "Tersenyum". Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan tersenyum kepada tiga orang dan mendokumentasikan reaksi mereka. Saya adalah seorang yang mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang dan mengatakan "hello", jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.

Segera setelah kami menerima tugas tsb, suami saya, anak bungsu saya, dan saya pergi ke restoran McDonald's pada suatu pagi di bulan Maret yang sangat dingin dan kering. Ini adalah salah satu cara kami dalam antrian, menunggu untuk dilayani, ketika mendadak setiap orang di sekitar kami mulai menyingkir, dan bahkan kemudian suami saya ikut menyingkir. Saya tidak bergerak sama sekali... suatu perasaan panik menguasai diri saya ketika saya berbalik untuk melihat mengapa mereka semua menyingkir. Ketika berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang sangat menyengat, dan berdiri di belakang saya dua orang lelaki tunawisma. Ketika saya menunduk melihat laki-laki yang lebih pendek, yang dekat dengan saya, ia sedang "tersenyum". Matanya yang biru langit indah penuh dengan cahaya

Tuhan ketika ia minta untuk dapat diterima. Ia berkata "Good day" sambil menghitung beberapa koin yang telah ia kumpulkan. Lelaki yang kedua memainkan tangannya dengan gerakan aneh sambil berdiri di belakang temannya.

Saya menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental dan lelaki dengan mata biru itu adalah penolongnya. Saya menahan haru ketika berdiri di sana bersama mereka. Wanita muda di counter menanyai lelaki itu apa yang mereka inginkan. Ia berkata, "Kopi saja, Nona" karena hanya itulah yang mampu mereka beli. (Jika mereka ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh mereka, mereka harus membeli sesuatu. Ia hanya ingin menghangatkan badan).

Kemudian saya benar-benar merasakannya - desakan itu sedemikian kuat sehingga saya hampir saja merengkuh dan memeluk lelaki kecil bermata biru itu. Hal itu terjadi bersamaan dengan ketika saya menyadari bahwa semua mata di restoran menatap saya, menilai semua tindakan saya.

Saya tersenyum dan berkata pada wanita di belakang counter untuk memberikan saya dua paket makan pagi lagi dalam nampan terpisah. Kemudian saya berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu sebagai tempat istirahatnya. Saya meletakkan nampan itu ke atas meja dan meletakkan tangan saya di atas tangan dingin lelaki bemata biru itu. Ia melihat ke arah saya, dengan air mata berlinang, dan berkata "Terima kasih." Saya meluruskan badan dan mulai menepuk tangannya dan berkata, "Saya tidak melakukannya untukmu. Tuhan berada di sini bekerja melalui diriku untuk memberimu harapan."

Saya mulai menangis ketika saya berjalan meninggalkannya dan bergabung dengan suami dan anak saya. Ketika saya duduk suami saya tersenyum kepada saya dan berkata, "Itulah sebabnya mengapa Tuhan memberikan kamu kepadaku, Sayang. Untuk memberiku harapan." Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan pada saat itu kami tahu bahwa hanya karena Kasih Tuhan kami diberikan apa yang dapat kami berikan untuk orang lain. Hari itu menunjukkan kepadaku cahaya kasih Tuhan yang murni dan indah.

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah, dengan cerita ini di tangan saya. Saya menyerahkan "proyek" saya dan dosen saya membacanya. Kemudian ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkan saya membagikan ceritamu kepada yang lain?" Saya mengangguk perlahan dan ia kemudian meminta perhatian dari kelas. Ia mulai membaca dan saat itu saya tahu bahwa kami, sebagai manusia dan bagian dari Tuhan, membagikan pengalaman ini untuk menyembuhkan dan untuk disembuhkan.

Dengan cara-Nya sendiri, Tuhan memakai saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap jiwa yang menghadiri ruang kelas di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan satu pelajaran terbesar yang pernah saya pelajari: PENERIMAAN YANG TAK BERSYARAT.

***
Sumber: Facebook / Setitik Embun Inspirasi

Read More......