Selasa, 19 Oktober 2010

Sebungkus Biskuit

Suatu pagi yang cerah, di sebuah bandara Internasional yang super sibuk, tampak seorang wanita muda berada di antara barisan penumpang yang sedang menunggu antrian masuk ke bandara. Setelah wanita itu check in dan menyelesaikan berbagai administrasi penerbangan, ia langsung menuju ke ruang tunggu penumpang.

Sambil menunggu jadwal keberangkatan, ia menuju kantin bandara untuk membeli sebungkus biskuit dan sebuah majalah. Kemudian ia menuju ke ruang tunggu penumpang dan duduk di samping seorang pria yang sedang membaca koran.

Setelah duduk, ia melahap biskuit yang ada di sampingnya, di antara dia dan pria di sebelahnya. Namun, alangkah terkejut si wanita itu saat pria yang berada di sebelahnya juga ikut mengambil dan melahap kepingan biskuit tanpa izin darinya.

Dalam hati, ia hanya menduga bahwa ini hanya ulah pria iseng. Namun, kejadian ini terulang kembali. Setiap wanita itu mengambil biskuit, si pria ikut mengambil dan mencicipi biskuit tersebut. Wajah si pria tampak tenang, tanpa merasa bersalah. Sebaliknya, wanita muda itu kian jengkel dengan sikap pria tersebut. Dalam hati ia berkata, "Pria ini benar-benar tidak tahu malu."

Beberapa saat kemudian, hanya tersisa 1 keping biskuit di dalam bungkus. Dengan senyum mengembang, pria itu menawarkan biskuit terakhir kepada wanita itu. Dengan wajah jengkel, wanita itu menolak. Seketika kepingan biskuit terakhir itu pun masuk ke dalam mulut pria misterius itu.

Jadwal keberangkatan pun tiba. Wanita tersebut bergegas menuju ke pesawat. Saat berada di tempat duduk, ia membuka tasnya, mengambil handphone dan menonaktifkannya. Namun, alangkah terkejutnya ia saat melihat di dalam tasnya ada sebungkus biskuit yang masih utuh belum tersentuh. Pikirannya pun melayang mengingat kejadian barusan. Ternyata biskuit yang ia makan saat di bandara bukan miliknya, tetapi milik pria tersebut. Betapa malunya ia mengenang kejadian tersebut. Seketika ia merasa menjadi perempuan paling egois dan paling tolol di dunia.

***

Renungan:

Seringkali kita dengan mudah menjatuhkan penilaian negatif kepada orang lain atas apa yang dia lakukan, bahkan kadang hanya atas apa yang dia kenakan. Jika seseorang berpakaian lusuh, kita dengan mudah menilai dia sebagai orang tak berduit yang berbahaya dan berpotensi menodong orang di jalan untuk meminta uang.

Padahal penilaian kita sangatlah subjektif. Semata-mata hanya berdasarkan sudut pandang kita yang sempit. Lepaslah kacamata kuda yang kita kenakan dan mulailah melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas. Jangan ragu meminta pendapat orang untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda.

Sumber : Buku 'Kisah Tentang Seekor Sapi Yang Jujur' oleh Necy Tanudibyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar